NEOLIBERALISM & NEOREALISM
Hubungan
Internasional dalam perkembangannya tidak terlepas dari adanya
perspektif-perspektif. Adanya lebih dari satu perspektif dalam studi ini tidak
lantas membuat disiplin ilmu HI menjadi terpecah-pecah menjadi golongan-golongan
seturut dengan perspektif yang mereka anut, tetapi hadirnya
perspektif-perspektif ini membuat Hubungan Internasional menjadi suatu disiplin
ilmu yang utuh dan menjadikan perspektif-perspektif itu sebagai pendekatan
untuk melihat dan menanggapi fenomena internasional yang sedang terjadi.
Perkembangan
perspektif dalam studi Hubungan Internasional tidak terbatas pada dua
perspektif besar, yakni realisme dan liberalisme saja. Namun, ada perspektif
lain pula yang mempengaruhi disiplin ilmu ini. Perspektif-perspektif ini
merupakan perspektif-perspektif yang terlibat dalam Great Debates
ketiga, perspektif ini adalah neoliberalisme dan neorealisme. Pertanyaan yang
acap kali muncul berkenaan dengan kedua perspektif ini adalah, apa sebab munculnya
kedua perspektif ini? Apakah yang diperdebatkan diantara kedua perspektif ini?
Munculnya
perspektif neorealisme dan neoliberalisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
disebut dengan the turning point. Turning point ini meliputi beberapa
hal, pertama adalah keadaan pasca Perang Dunia II. Keadaan pasca PD II memang
di dominasi oleh perspektif realisme, namun keadaan itu juga menjadi waktu
kebangkitan atau maraknya organisasi-organisasi internasional. Hal itu dipicu
pula oleh adanya pluralisme di Amerika Serikat, sehingga aktor-aktor non-state
pun bermunculan. Keadaan pasca PD II ini tidak bisa dijelaskan oleh perspektif
neo-klasik liberalisme ataupun realisme, sehingga perspektif neorealisme dan
neoliberalisme pun ada untuk menjelaskan fenomena tersebut. Selain itu, faktor
kedua ialah adanya perdebatan kedua dalam HI antara perspektif behavioralis dan
tradisionalis yang pada akhirnya membawa perubahan dalam pendekatan studi HI.
Behavioralis menjadi suatu aliran yang berpengaruh karena kaum behavioralis
menggunakan metode ilmiah dalam menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi (scientific
approach). Aliran ini menjadi cikal bakal pendekatan yang baru pada HI dan
menjadi cikal bakal adanya perspektif HI yang disusun dan diamati menggunakan pendekatan
scientific yakni neorealisme dan neoliberalisme. Kedua faktor turning
point diatas menjadi turning point yang dominan untuk menjelaskan
adanya neoliberalisme dan neorealisme yang menjadi alasan berkurangnya pengaruh
pengaruh neo-klasik.
Lalu, sebenarnya apakah neorealisme dan
neoliberalisme? Apakah perbedaannya dengan realisme atau liberalisme saja tanpa
“neo”? Secara garis besar neorealisme dan neorealisme memang berbeda dengan
realisme atau liberalisme. Sebut saja secara pendekatan, apabila dalam realisme
atau liberalisme digunakan pendekatan secara normatif, maka perspektif
neorealisme dan neoliberalisme menggunakan pendekatan scientific.
Selanjutnya beralih pada definisi neoliberalisme dan neorealisme itu sendiri.
Neoliberalisme merupakan perspektif yang sebenarnya tidak jauh beda dengan
liberalisme karena neoliberalisme memang mengacu pada liberalisme.
Neoliberalisme ada sebagai bentuk kritik atas realisme ataupun neorealisme.
Perspektif ini fokus pada bagaimana aktor-aktor non-state bekerjasama satu sama
lain untuk mencapai perdamaian. Selain itu, perspektif ini juga beranggapan
bahwa adanya institusi internasional diperlukan untuk menjadi penghubung dan
alat untuk mencapai kerjasama. Berikutnya adalah neorealisme. Neorealisme juga
tidak memiliki perbedaan yang signifkan dengan realisme dan realisme pun
menjadi acuan pandangan dari neorealisme. Sama halnya dengan realisme yang
berpandangan bahwa negara adalah aktor yang paling berpengaruh dalam hubungan
internasional, maka neorealisme berpandangan demikian. Konsep anarki, keamanan,
dan survival tetap menjadi konsep yang penting dalam neorealisme.
Dari
hal-hal yang disebutkan diatas, terdapat beberapa perbedaan diantara kedua
perspektif ini. Perbedaan tersebut terletak pada konsep anarki, kerjasama
internasional, keuntungan (gain), tujuan negara, intention and
capability, terakhir adalah institusi dan rezim. Pada konsep anarki, kedua
perspektif ini mengakui adanya sistem anarki dalam dunia ini. Neorealis
berpandangan bahwa anarki harus ada untuk mencapai interest dan power suatu
negara. Neoliberalis berpandangan bahwa anarki memang ada tapi anarki untuk
mendorong adanya kerjasama. Kedua, konsep kerjasama internasional. Neoliberalis
dan neorealis berasumsi bahwa kerjasama mungkin dilakukan di kancah hubungan
internasional, namun realis masih skeptis terhadap hal ini. Ketiga adalah
keuntungan (gain) dalam kerjasama. Neorealis menganggap keuntungan
sebagai keuntungan yang relatif (relative gain). Sedangkan neoliberalis
beranggapan bahwa keuntungan sebagai keuntungan yang absolut (absolut gain).
Keempat adalah state goal atau tujuan negara. Kedua perspektif ini sependapat
bahwa keamanan nasional dan kesejahteraan ekonomi merupakan hal yang penting,
tapi kedua perspektif ini memiliki perhatian yang berbeda. Apabila neorealis
berpandangan bahwa tujuan negara adalah survival melalui konsep anarki
maka neoliberalis berpandangan bahwa tujuan negara adalah kesejahteraan
ekonomi. Kelima adalah intention and capability. Neorealis lebih menekankan pada
kemampuan (capability) sedangkan neoliberalis lebih menekankan pada
tujuan atau minat (intention). Kemudian yang terakhir adalah institusi
dan rezim. Neorealis menganggap bahwa institusi dan rezim tidak begitu penting
karena institusi dan rezim tidak memiliki kemampuan untuk punish defectors.
Sebaliknya, neoliberalis memandang bahwa isntitusi dan rezim amat penting
karena dengan adanya institusi dan rezim negara bisa mendapatkan keuntungan
lebih dan kerjasama untuk mencapai perdamaian dapat terjalin.
Dapat
disimpulkan bahwa neoliberalis dan neorealis pada dasarnya tidak memiliki
perbedaan yang tajam, faktanya keduanya memiliki fokus yang sama dan sama-sama
setuju dalam asumsi mengenai politik internasional. Inilah mengapa kedua
perspektif ini disebut sebagai Inter-Paradigm debate. Lebih dari sekedar teori,
kedua perspektif ini menunjukkan hal-hal yang membentuk pandangan seseorang
mengenai dunia
focus
BalasHapus