Sabtu, 13 Juli 2013

Neoliberalism dan Neorealism



                    NEOLIBERALISM & NEOREALISM

           Hubungan Internasional dalam perkembangannya tidak terlepas dari adanya perspektif-perspektif. Adanya lebih dari satu perspektif dalam studi ini tidak lantas membuat disiplin ilmu HI menjadi terpecah-pecah menjadi golongan-golongan seturut dengan perspektif yang mereka anut, tetapi hadirnya perspektif-perspektif ini membuat Hubungan Internasional menjadi suatu disiplin ilmu yang utuh dan menjadikan perspektif-perspektif itu sebagai pendekatan untuk melihat dan menanggapi fenomena internasional yang sedang terjadi.
          Perkembangan perspektif dalam studi Hubungan Internasional tidak terbatas pada dua perspektif besar, yakni realisme dan liberalisme saja. Namun, ada perspektif lain pula yang mempengaruhi disiplin ilmu ini. Perspektif-perspektif ini merupakan perspektif-perspektif yang terlibat dalam Great Debates ketiga, perspektif ini adalah neoliberalisme dan neorealisme. Pertanyaan yang acap kali muncul berkenaan dengan kedua perspektif ini adalah, apa sebab munculnya kedua perspektif ini? Apakah yang diperdebatkan diantara kedua perspektif ini?
             Munculnya perspektif neorealisme dan neoliberalisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yang disebut dengan the turning point. Turning point ini meliputi beberapa hal, pertama adalah keadaan pasca Perang Dunia II. Keadaan pasca PD II memang di dominasi oleh perspektif realisme, namun keadaan itu juga menjadi waktu kebangkitan atau maraknya organisasi-organisasi internasional. Hal itu dipicu pula oleh adanya pluralisme di Amerika Serikat, sehingga aktor-aktor non-state pun bermunculan. Keadaan pasca PD II ini tidak bisa dijelaskan oleh perspektif neo-klasik liberalisme ataupun realisme, sehingga perspektif neorealisme dan neoliberalisme pun ada untuk menjelaskan fenomena tersebut. Selain itu, faktor kedua ialah adanya perdebatan kedua dalam HI antara perspektif behavioralis dan tradisionalis yang pada akhirnya membawa perubahan dalam pendekatan studi HI. Behavioralis menjadi suatu aliran yang berpengaruh karena kaum behavioralis menggunakan metode ilmiah dalam menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi (scientific approach). Aliran ini menjadi cikal bakal pendekatan yang baru pada HI dan menjadi cikal bakal adanya perspektif HI yang disusun dan diamati menggunakan pendekatan scientific yakni neorealisme dan neoliberalisme. Kedua faktor turning point diatas menjadi turning point yang dominan untuk menjelaskan adanya neoliberalisme dan neorealisme yang menjadi alasan berkurangnya pengaruh pengaruh neo-klasik.
          Lalu, sebenarnya apakah neorealisme dan neoliberalisme? Apakah perbedaannya dengan realisme atau liberalisme saja tanpa “neo”? Secara garis besar neorealisme dan neorealisme memang berbeda dengan realisme atau liberalisme. Sebut saja secara pendekatan, apabila dalam realisme atau liberalisme digunakan pendekatan secara normatif, maka perspektif neorealisme dan neoliberalisme menggunakan pendekatan scientific. Selanjutnya beralih pada definisi neoliberalisme dan neorealisme itu sendiri. Neoliberalisme merupakan perspektif yang sebenarnya tidak jauh beda dengan liberalisme karena neoliberalisme memang mengacu pada liberalisme. Neoliberalisme ada sebagai bentuk kritik atas realisme ataupun neorealisme. Perspektif ini fokus pada bagaimana aktor-aktor non-state bekerjasama satu sama lain untuk mencapai perdamaian. Selain itu, perspektif ini juga beranggapan bahwa adanya institusi internasional diperlukan untuk menjadi penghubung dan alat untuk mencapai kerjasama. Berikutnya adalah neorealisme. Neorealisme juga tidak memiliki perbedaan yang signifkan dengan realisme dan realisme pun menjadi acuan pandangan dari neorealisme. Sama halnya dengan realisme yang berpandangan bahwa negara adalah aktor yang paling berpengaruh dalam hubungan internasional, maka neorealisme berpandangan demikian. Konsep anarki, keamanan, dan survival tetap menjadi konsep yang penting dalam neorealisme.
          Dari hal-hal yang disebutkan diatas, terdapat beberapa perbedaan diantara kedua perspektif ini. Perbedaan tersebut terletak pada konsep anarki, kerjasama internasional, keuntungan (gain), tujuan negara, intention and capability, terakhir adalah institusi dan rezim. Pada konsep anarki, kedua perspektif ini mengakui adanya sistem anarki dalam dunia ini. Neorealis berpandangan bahwa anarki harus ada untuk mencapai interest dan power suatu negara. Neoliberalis berpandangan bahwa anarki memang ada tapi anarki untuk mendorong adanya kerjasama. Kedua, konsep kerjasama internasional. Neoliberalis dan neorealis berasumsi bahwa kerjasama mungkin dilakukan di kancah hubungan internasional, namun realis masih skeptis terhadap hal ini. Ketiga adalah keuntungan (gain) dalam kerjasama. Neorealis menganggap keuntungan sebagai keuntungan yang relatif (relative gain). Sedangkan neoliberalis beranggapan bahwa keuntungan sebagai keuntungan yang absolut (absolut gain). Keempat adalah state goal atau tujuan negara. Kedua perspektif ini sependapat bahwa keamanan nasional dan kesejahteraan ekonomi merupakan hal yang penting, tapi kedua perspektif ini memiliki perhatian yang berbeda. Apabila neorealis berpandangan bahwa tujuan negara adalah survival melalui konsep anarki maka neoliberalis berpandangan bahwa tujuan negara adalah kesejahteraan ekonomi. Kelima adalah intention and capability.           Neorealis lebih menekankan pada kemampuan (capability) sedangkan neoliberalis lebih menekankan pada tujuan atau minat (intention). Kemudian yang terakhir adalah institusi dan rezim. Neorealis menganggap bahwa institusi dan rezim tidak begitu penting karena institusi dan rezim tidak memiliki kemampuan untuk punish defectors. Sebaliknya, neoliberalis memandang bahwa isntitusi dan rezim amat penting karena dengan adanya institusi dan rezim negara bisa mendapatkan keuntungan lebih dan kerjasama untuk mencapai perdamaian dapat terjalin.
          Dapat disimpulkan bahwa neoliberalis dan neorealis pada dasarnya tidak memiliki perbedaan yang tajam, faktanya keduanya memiliki fokus yang sama dan sama-sama setuju dalam asumsi mengenai politik internasional. Inilah mengapa kedua perspektif ini disebut sebagai Inter-Paradigm debate. Lebih dari sekedar teori, kedua perspektif ini menunjukkan hal-hal yang membentuk pandangan seseorang mengenai dunia

1 komentar: